Istimewa

Manusia Dan Keindahan

PENGERTIAN KEINDAHAN

Kebutuhan diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, terutamakebutuhan fisiknya. Setelah itu barulah manusia akan mencari atau memenuhi kebutuhan psikisnya yangtercukupi melalui rasa indah (seni:rasa indah). Pada umunya seni atau kesenian dapat dinikmati olehmanusia melaui dua macam indranya, yaitu indra mata dan indra telinga atau kedua-duanya.

Keindahan dalam hubungannya dengan kedua macam indra itu, dibedakan atas tiga macam, yaitu seni rupa, seni suara, dan seni pertunjukan, seperti yang dijelaskan berikut ini.

1.Seni Rupa

Merupakan kesenian yang dapat dinikmati dengan indra mata sehingga sifatnya visual.Wujudnya antara lain seni bangunan, seni relif, atau ukuran timbul, seni lukis dan seni rias.

2.Seni Suara

Merupakan kesenian yang dapat dinikmati melalui indra teliga sehingga sifatnya audio.Wujudnya antara lain seni vokal seni instrumental, dan seni sastra lisan.

3.Seni Pertunjukan

Kesenian yang dapat dinikmati dengan indra mata dan telinga secara bersamaan sehingga bersifat audiovisual. Wujudnya antara lain seni tari, seni drama, dan seni film

PERKEMBANGAN KESENIAN

A.PERKEMBANGAN KESENIAN BERDASARKAN WAKTU

Perkembangan suatu kesenian selalu bermula dari tingkatan kesenian yang paling sederhana yang tidak mungkin langsung mencapai puncak perkembangan. Kesenian berkembang mengikuti perubahan zaman dan berdasarkan kurun waktu. Di bidang seni rupa, ditinjau dari perkembangan dan kurun waktunya sejak zaman prasejarah hingga sekarang, maka karya seni yang dihasilkan dapat dikelompokkan dalam jenis seni primitif, seni klasik, seni tradisional, seni modern, dan seni kontemporer.

1.Seni Primitif

primitif.jpg

Seni primitif berkembang pada zaman prasejarah, yang mana tingkat kehidupan manusia pada masanya sangat sederhana sekali dan sekaligus merupakan ciri utama, sehingga manusianya disebut orang primitif. Hal ini berpengaruh dalam kebudayaan yang mereka hasilkan. Mereka menghuni goa-goa, hidup berpindah-pindah (nomaden) dan pekerjan berburu binatang. Di bidang kesenian, karya seni yang dihasilkan juga sangat sederhana, namun memiliki nilai tinggi sebagai ungkapan ekspresi mereka. Peninggalan karya seni yang dihasilkan berupa lukisan binatang buruan, lukisan cap-cap tangan yang terdapat pada dinding goa, seperti pada dinding goa Leang-leang di Sulawesi Selatan, goa-goa di Irian Jaya, dan pada dinding goa Almira Spanyol. Selain karya lukisan, terdapat juga hiasan-hiasan pada alat-alat perburuan mereka yang berupa goresan-goresan sederhana. Karya seni yang dihasilkan hanya merupakan ekspresi perasaan mereka terhadap dunia misterius atau alam gaib yang merupakan simbolis dari perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan takut, senang dan perdamaian. Ciri-ciri lain dari seni premitif yaitu goresannya spontannitas, tanpa perspektif, dan warna-warnanya terbatas pada warna merah, coklat, hitam, dan putih.

2.Seni Klasik

tradisional

Kesenian klasik merupakan puncak perkembangan kesenian tertentu, yang mana tidak dapat berkembang lagi (mandeg). Karya seni yang dianggap klasik memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Kesenian yang telah mencapai puncak (tidak dapat berkembang lagi), (2) merupakan standarisasi dari zaman sebelum dan sesudahnya, dan (3) telah berusia lebih dari setengah abad. Selain dari ketentuan itu, suatu kesenian belum bisa dikategorikan seni klasik. Karya-karya seni klasik dapat dijumpai pada bangunan-bangunan kuno Nusantara pada zaman Hindu-Budha dan bangunan-bangunan kuno di Yunani dan Romawi.

3.Seni Tradisional

Tradisi artinya turun temurun atau kebiasaan. Seni tradisional berarti suatu kesnian yang dihasilkan secara turun-temurun atau kebiasaan berdasarkan norma-norma, patron-patron atau pakem tertentu yang sudah biasa berlaku. Seni tradisi bersifat statis, tidak ada unsur kreatif sebagai ciptaan baru. Sebagai contoh dapat kita lihat pada lukisan gaya Kamasan Klungkung, kriya wayang kulit, kriya batik, kriya tenun, dan sebagainya.

4.Seni Modern

modern

Seni modern merupakan kesenian yang menghasilkan karya-karya baru. Seniman yang kreatif akan menghasilkan karya seni yang modern, karena di dalamnya ada unsur pembaharuan, baik dari segi penggunaan media, teknik berkarya maupun unsur gagasan/ide. Seni modern tidak terikat oleh ruang dan waktu, baik itu karya yang dihasilkan di masa lampau maupun pada masa kini aslkan ada unsur kreativitasnya. Karya-karya seni rupa modern dapat dilihat pada lukisan karya Van Gogh, Pablo Picasso, Affandi, Basuki Abdullah, Gunarsa, patung karya G. Sidharta, Edi Sunarso, Nuarta, dan sebagainya.

5.Seni Kontemporer

kontemporer

Kontemporer berarti sekarang atau masa kini. Seni kontemporer memiliki masa popularitas tertentu sehingga seni ini dapat dikatakan bersifat temporer. Seni ini dapat dinikmati pada masa populernya dan apabila sudah lewat maka masyarakat tidak lagi menyukainya. Karya-karya seni kontemporer pada mulanya muncul di Eropa dan Amerika, seperti lukisan karya Andy Warhol dan patung karya Hendri Moore. Belakangan ini, seni kontemporer telah berkembang di berbagai negara yang memiliki gagasan yang unik, seperti berupa patung dari es, lukisan pada tubuh manusia (body painting), seni instalasi, grafity, dan sebagainya.

 

  1. PERKEMBANGAN KESENIAN ATAS DASAR TEMPAT ATAU LOKASI

Berikut ini tiga jenis perkembangan kesenian atas dasar tempat dan lokasi.

1.Kesenian Rakyat
Merupakan seni tertua di Indonesia, seni ini juga disebut seni daerah karna mesih asli atau belum tercampur dengan kesenian lainnya. Kesenian rakyat umumnya terdapat diperdesaan atau kota kecil yang secara sosiologi dijawa disebut wong cilik dan pada umumnya berpencaharian dalam bidang pertanian.contohnya adalah kuda lumping dari jawa, lenong dari Jakarta,ludruk dari Surabaya, dan randai dari Minangkabau.

Beberapa ciri kesenian rakyat adalah sebagai berikut:

  1. a) Kesenian rakyat merupakan ekspresi-kolektif masyarakat tingkat rendah
  2. b) Pertunjukannya diadakan sangat sederhana
  3. c) Arena yang dipergunakan adalah lapangan terbuka
  4. d) Kesenian rakyat bersifat improvisasi atau spontan

Walaupun kesenian rakyat dikatakan sederhana karena lahir dari rakyat yang sederhana, tetapi memiliki beberapa fungsi. Diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Untuk memberikan hiburan, khususnya pada masyarakat yang sederhana
b) Keperluan upacara adat yang pada waktu tertentu wajib diselenggarakan. Ini bertujuan untuk “membujuk” kekuatan gaib agar memeenuhi kehendak masyarakat yang menyelenggarakan,
c) Merupakan media pendidikan yang bersifat informal, terutama dibawakan dalam bentuk cerita yang didalamnya terdapat nasihat, larangan-larangan, dan lain-lain.Kesenian rakyat di Indonesia pada zaman ini sudah mulai tergeser akibat masuknya budaya luar. Untuk memelihara kesenian rakyat, kita sebagai generasi muda harus tahu dan wajib melestarikan budaya nenek moyang kita.

 

2.Kesenian Keraton
Merupakan kesenian yang berkembang di keraton, istana raja. Pendukungnya adalah raja,bangsawan maupun priayi.

Beberapa cirri-ciri kesenian keraton

  1. a) Arena yang digunakan adalah pendopo, yang hanya diperuntukan untuk kaum bangsawan saja, atau kalau tidak sampai kepada kaum priayi.
  2. b) Penyajian pertunjukannya juga bersifat megah (kadar artistik tinggi)
  3. c) Keraton sebagai makro kosmos memberikan pancaran kewilayah kerajaan dan rakyatnya sebagai mikro kosmos, sehingga wibawa raja lebih terasa.
  4. d) Dengan penonton yang cukup beradab, pertunjukan kesenian kraton cenderung sakral dari pada sekedar hiburan saja.

Beberapa contoh dari kesenian keraton dalam wujud tari, misalnya tari srimpi dan bedoyoketawang. Sedangkan dalam bentuk teater misalnya wayang orang dan ketoprak. Kesenian keraton juga mengalami kemunduran seperti kesenian rakyat akibat zaman yang telah berubah.

 

3.Kesenian kota

Kesenian atau teater kota merupakan kesenian yang berkembang dikota, terutama setelah kota-kota Indonesia menjadi pusat kegiatan perdagangan maupun pemerintahan. Teater kota

ini ditunjukan untuk menghibur masyaraakat setelah seharian bekerja keras, jadi teater atau kesenian kota ini sangatmemiliki tujuan komersil.

Beberapa ciri-ciri teater kota

  1. a) Arena yang dipergunakan adalah gedung pertunjukan.
  2. b) Penyajian serba kontemporer karena kota memiliki pengaruh besar dari dunia luar, baik dari segi sarannya maupun penyajian pertunjukan tersebut.
  3. c) Materi yang disajikan pada umumnya adalah cerita yang hidup dalam masyarakat yang diberi problematik.
  4. d) Antara pemain dan penonton tidak terdapat komunikasi, karena pemain telah ditentukan oleh perannya masing-masing.

Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang, masyarakat belum sepenuhnya dapat meninggalkan ciri-ciri atau wujud yang tradisional,sehingga dikota-kota, berkembang wujud kesenian yang merupakan kesenian traisional dan modern.Misalnya, wayang orang dari Sriwedari di Solo, dan srimulat di Jakarta yang asalnya dari ludruk.

 

ALIRAN-ALIRAN KESENIAN

A.SENI LUKIS

Seni lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa. Seni lukis yaitu seni yang mengapresiasikan kreatifitas seorang seniman melalui bidang dua dimensi, seperti kanvas, kertas, papan dll. Seni lukis memiliki beragam aliran yang semakin hari semakin berkembang. Berikut macam – macam aliran seni lukis

  1. Aliran Realisme

realisme.png

Aliran Realisme yaitu aliran yang menampilkan karya lukis apa adanya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari – hari dan berusaha agar lukisan seperti nyatanya tanpa ada tambahan lain.

Ciri – ciri aliran ini yaitu :

a.Kebanyakan menampilkan tentang kehidupan sehari – hari.
b.Lukisan apa adanya.
c.Lukisan juga terlihat menyatu antara objek satu dengan objek lainnya.

Tokoh – tokohnya :
a.Gustove Corbert
b.Fransisco de Goya
c.Honore Umier

  1. Aliran Surealisme

Aliran Surealisme

Aliran Surealisme yaitu aliran yang erat kaitannya dengan dunia fantasi, seolah – olah kita melukis dalam dunia mimpi. Lukisan surealisme juga biasanya memiliki bentuk atau lukisan yang tidak logis serta seperti khayalan.

Ciri – ciri :
a.Lukisan aneh dan asing.
b.Penuh dengan fantasi dan khayalan.

Tokoh – tokohnya :
a.Joan Miro
b.Salvador Dali
c.Andre Masson
d.Sudiardjo
e.Amang Rahman

  1. Aliran Romantisme

Aliran Romantisme

Aliran Romantisme adalah aliran yang berusaha menampilkan suatu lukisan dengan fantastik dan indah. Aliran ini menampilkan tentang suatu hal yang bersifat romance, seperti suatu pemandangan alam, tragedi, ataupun sejarah.

Ciri – ciri :

a.Lukisan mengandung cerita yang dahsyat dan emosional.
b.Penuh gerak dan dinamis.
c.Warna bersifat kontras dan meriah.
d.Pengaturan komposisi dinamis.
e.Mengandung kegetiran dan menyentuh perasaan.
f.Kedahsyatan melebihi kenyataan

Tokoh – tokohnya :
a.Raden Saleh
b.Eugene Delacroix
c.Theodore Gericault
d.Jean Baptiste.

  1. Aliran Naturalisme

Aliran Naturalisme

Aliran Naturalisme adalah aliran yang berusaha menampilkan suatu objek lukisan secara alami. Aliran naturalisme ini memang mirip dengan realisme, bedanya naturalisme memiliki suatu tambahan agar menjadi lebih indah.

Ciri – ciri :

a.Kebanyakan bertemakan tentang alam
b.Memiliki teknik gradasi warna
c.Memiliki susunan perbandingan. perspektif, tekstur, perwarnaan serta gelap terang dikerjakan seteliti mungkin

Tokoh – tokohnya :
a.Raden Saleh
b.Abdullah Sudrio Subroto
c.Basuki Abdullah
d.Gambir Anom
e. Trubus

  1. Aliran Impresionisme

Aliran Impresionisme

Aliran Impresionisme adalah seni yang berusaha menampilkan kesan yang ditangkap objek. Aliran Impresionisme juga biasanya memiliki gambar yang agak kabur dan tidak mendetail.

Ciri – ciri :

a.Goresan kuas pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk memberikan kemudahan pelukis menangkap esensi subjek daripada detailnya.
b.Warna didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang digunakan. Diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina.
c.Bayangan dibuat dengan mencampurkan warna komplementer (Hitam tidak digunakan sebagai bayangan).
d.Cat tidak ditunggu kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya.
e.Pengolahan sifat transparansi cat dihindari.
f.Meneliti sedetail mungkin sifat pantulan cahaya dari suatu objek untuk kemudian diterapkan di dalam lukisan.
g.Dikerjakan di luar ruangan (en plein air)

Tokoh – Tokoh :
a.Claude Monet
b.Aguste Renoir
c.Casmile Pissaro
d.Sisley
e.Edward Degas
f.Mary Cassat

  1. Aliran Ekspresionisme

Aliran Ekspresionisme.jpg

 

Aliran Ekspresionisme adalah suatu aliran yang memberikan kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun menyatakan sensasi dari dalam (baik objeknya maupun senimannya).

Ciri – ciri :
a.Lebih banyak mengungkapkan jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia seseorang
b.Ungkapan isi hati seseorang.
c.Imajinasi seseorang
d.Pemilihan Warna diutamakan
e.Ekspresionisme menjaga jiwa dan menemukan ‘Sturm und Drang’ dan pancarannya keluar merupakan media yang baik untuk melukiskan emosinya kepada orang lain.

Tokoh – Tokoh :
a.Vincent Van Gogh
b.Paul Gaugiuin
c.Ernast Ludwig
d.Affandi
e.Zaini
f.Popo Iskandar

 

 

 

  1. Aliran Abstraksionisme

Aliran Abstraksionisme

 

 

Aliran Abstraksionisme adalah aliran yang menggunakan  warna dan bentuk dalam cara non-representasional. Aliran ini dibedakan menjadi 2 yaitu abstrak kubistis dan non-figuratif.Ciri – ciri seni ini menampilkan unsur-unsur seni rupa yang disusun tidak terbatas pada bentuk-bentuk yang ada di alam. Garis, bentuk, dan warna ditampilkan tanpa mengindahkan bentuk asli di alam.

Tokoh – Tokoh :
a.Mark Rothko
b.Clyfford Stll
c.Adolf Got Lieb
d.Robert Montherwell
e.BornetNewman

  1. Aliran Kubisme

Aliran Kubisme

Aliran Kubisme adalah aliran yang memiliki bentuk-bentuk geometris seperti segitiga, segi empat, lingkaran, silinder, bola, kerucut, kubus dan kotak-kotak.

Ciri – ciri :
a.Memiliki bentuk geometris
b.Memiliki perpaduan warna yang sangat perspektif.

Tokoh – Tokoh :
a.Gezanne
b.Pablo Picasso
c.Metzinger
d.Braque
e.Albert Glazes
f.Fernand Leger
g.Robert Delaunay

  1. Aliran Dadaisme

Aliran dadaisme

 

Aliran Dadaisme adalah aliran yang menyajikan karya artistic dari bentuk yang seram, magic,mengerikan, kekanak-kanakan (naive), terkadang mengesankan.

Ciri – ciri :
a.Seni yang tidak mau ilusi atau ketiadaan ilusi.
b.Dominasi warna hitam, merah putih hijau dengan pewarnaan primer, tajam dan kontras

Tokoh – Tokoh :
a.Roull Haussmann
b.Duchamp
c.Hans Arp

  1. Aliran Futurisme

Aliran Futurisme

 

 

Aliran Futurisme adalah aliran yang menggambarkan objek lukisan yang terlihat seperti bergerak. Suatu objek digambarkan beberapa kali secara sama,secara perspektif.

Ciri – ciri :
a.Karya seni menangkap unsur gerak dan kecepatan
b.Memanfaatkan prinsip aneka tampak atau ( multiple viewpoints )
c.Menggunakan tipografi sebagai unsur ekspresi dalam desain
d.Memperhatikan tentang kedinamisan , kedisiplinan, dan gaya untuk mengekspresikan kecepatan dan kesamaan waktu.

Tokoh – Tokoh :
a.Giacomo Balla
b.Umberto Boccioni
c.Sculptor
d.Carlo Carrà

  1. Aliran Fauvisme

Aliran Fauvisme

Aliran Fauvisme adalah aliran yang memberikan kebebasan berekspresi, sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan aslinya.

Ciri – ciri :
a.Seni lukisannya ialah warna-warna yang liar dan kontras.
b.Warna-warna yang dipakai jelas tidak lagi disesuaikan dengan warna aslinya
c.Penggunaan garis dalam fauvisme disederhanakan sehingga pemirsa lukisan bisa mendeteksi keberadaan garis yang jelas dan kuat.

Tokoh – Tokoh :

a.Henry Matisse
b.Andre Dirrain
c.Maurice de Vlamink
d.Rauol Dufi
e.Kess Van Dongen.

  1. Aliran Klasikisme

aliran klasik

 

 

Aliran Klasikisme adalah aliran yang menampilkan gambar secara klasik, serta memiliki karakter dan ciri tersendiri. Aliran Klasikisme banyak terpampang di nusantara maupun di mancanegara. Aliran ini biasanya mengacu pada Yunani dan Romawi.

Ciri – ciri :
a.Lukisan terikat pada norma-norma intelektual akademis.
b.Bentuk selalu seimbang dan harmonis.
c.Batasan-batasan warna bersifat bersih dan statis.
d.Raut muka tenang dan berkesan agung.
e.Berisi cerita lingkungan istana.
f.Cenderung dilebih-lebihkan.

Tokoh – Tokoh :
a.Bartholome Vignon ( 1762 – 1846 )
b.Jaques Lovis David ( 1974 – 1825 )
c.Jan Ingles ( 1780 – 1867 )

B.SENI SASTRA

Aliran-aliran dalam kesusastraan memiliki kesamaan dengan aliran dalam kesenian yang lain, misalnya dalam seni lukis, seni drama, bahkan dalam dunia filsafat dan kehidupan sosial. Aliran dalam kesusastraan berhubungan erat dengan pandangan hidup dan kejiwaan pengarang dan penyair, serta biasanya terekspresikan dalam karya-karya mereka. Artinya, kita memasukkan seorang sastrawan/sastrawati ke dalam aliran tertentu,  hendaknya berdasarkan buah cipta mereka. Dengan demikian, seorang pengarang bisa dimasukkan ke dalam beberapa aliran, karena corak karyanya yang bermacam-macam. Sementara itu, sebuah novel, cerpen, puisi  atau teks drama bisa dijadikan beberapa contoh yang menunjukkan bahwa seorang pengarang menganut beberapa aliran.

Ambillah contoh “Nyanyi Sunyi” karya Amir Hamzah, “Ziarah”, “Merahnya Merah”, dan “Kering” karya Iwan Simatupang, “Gadlob” dan “Adam Makrifat” karya Danarto, “Harimau! Harimau!”, “Jalan Tak Ada Ujung” dan “Maut dan Cinta” karya Muchtar Lubis. Antologi puisi “Nyanyi Sunyi” bisa digunakan contoh untuk romantisme, mistisme, atau religiusme, tiga novel Iwan yang tadi telah disebut untuk absurdisme dan eksistensialisme, karya-karya Danarto untuk mistisisme, simbolisme dan absurdisme, karya-karya Muchtar Lubis untuk idealisme, humanisme, psikolonialisme.

Aoh. K.Hadimadja dalam bukunya “Aliran-aliran Klasik Romantik, dan Realisme dalam Kesusastraan” mengatakan bahwa “aliran itu tidak lain daripada keyakinan yang dianut golongan-golongan pengarang yang sepaham, ditimbulkan karena menentang paham-paham lama. Adakalanya para penganut aliran yang sama tidak sepaham benar-benar, akan tetapi pada dasarnya mereka tidak bertentangan, dan ciri-cirinya pengarang membawa pembawaan dan kepribadian yang khas atau ada seorang karena ciri-ciri yang umum itu, mereka dapat digolongkan ke dalam aliran tertentu”.

Sementara itu H.B. Jassin dalam bukunya “Tifa Penyair dan Daerahnya” menyatakan bahwa aliran dalam sastra dapat “ mengenai cara pengucapan daripada isi yang diucapkan, “ tetapi “ ada pula aliran-aliran yang menyatakan isi“.

Dari penjelasan di atas dapatlah kita pahami bahwa aliran dalam sastra sebenarnya berpangkal pada kesadaran sastrawan untuk menentang paham atau aliran sebelumnya. Perlawanan menentang paham atau aliran lama itu diwujudkan dalam bentuk ciptaan yang menunjukkan ciri lain daripada yang ada sebelumnya. Ingatkah Anda pada kumpulan sanjak “Tiga Menguak Takdir”? Kumpulan sajak itu sebenarnya merupakan bukti perlawanan kelompok penyair muda (Chairil Anwar, Rivai Apin, Asrul Sani) terhadap Sutan Takdir Alisjahbana. Perlawanan itu bertolak dari konsepsi kesenian yang berbeda antara dua kelompok sastrawan itu (Pujangga Baru versus Angkatan ‘45).

Di Indonesia sebenarnya adanya aliran yang secara sadar diperjuangkan untuk menentang paham atau aliran sebelumnya belum banyak terjadi. Hal ini salah satu di antaranya disebabkan oleh usia sejarah sastra Indonesia yang belum begitu lama.

Salah satu indikator (petunjuk) adanya golongan yang menentang kelompok sastrawan sebelumnya adalah : adanya suatu manifestasi yang menyatakan pendirian kelompok itu dalam memperjuangkan gagasan-gagasan barunya. Angkatan ‘45 misalnya dengan manifestasi yang tercantum pada “ Surat Kepercayaan Gelanggang “ menyatakan pendirian kelompok tersebut, yang berbeda pendirian dari kelompok sastrawan Pujangga Baru, sementara itu              “ Manifes Kebudayaan “ (17 agustus 1963) lebih banyak merupakan sikap politik dari sastrawan kelompok bebas (Manifes) terhadap sastrawan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), daripada pernyataan melawan kelompok sastrawan generasi sebelumnya. Hal ini disebabkan sastrawan kelompok Manifes dan kelompok Lekra hidup sezaman.

Berikut ini akan kita pelajari beberapa aliran dalam sastra. Hendaknya dipahami bahwa aliran-aliran yang disebutkan di sini tidak menjamin bahwa sastrawannya secara sadar ingin memperjuangkan gagasan-gagasan aliran, dengan konsep atau pengertian aliran. Dapat kita indentifikasi karya sastra tertentu termasuk ke dalam kategori aliran sastra tertentu. Hendaknya kita sadari bahwa masalah aliran ini bukan merupakan monopoli bidang sastra. Aliran-aliran itu dapat berlaku dalam bidang seni lainnya, terutama pada seni lukis. Demikianlah jika kita berbicara tentang aliran realisme, maka aliran itu tidak hanya khusus berlaku pada sastra, tetapi juga berlaku pada seni lukis. Penjelasan berikut ini tidak berdasarkan pada urutan sejarah kelahirannya.

1.REALISME

Aliran ini mengutamakan realitas kehidupan. Sastra realis merupakan kutub seberang dari sastra imajis. Apa yang diungkapkan para pengarang realis adalah hal-hal yang nyata, yang pernah terjadi, bukan imajinatif belaka. Biografi, otobiografi, true-story, album kisah nyata, roman sejarah, bisa kita masukkan ke sini. Sastra realis juga berbeda dengan berita surat kabar atau laporan kejadian, karena ia tidak semata-mata realistik. Sebagai karya sastra, ia pun dihidupkan oleh pijar imajinasi dan plastis bahasa yang memikat.

Novel “Fatimah“ karya Titie Said, “Rindu Ibu adalah Rinduku” karya Motinggo Boesye, “Bilik-bilik Muhammad” karya A.R.Baswedan, skenario  “Arie Anggara“ karya Arswendo Atmowiloto, novel biografis “Pangeran dari Seberang“ karya N.H.Dini tentang Amir Hamzah, novel “Dari Hari ke Hari“ Mahbub Junaidi, “ Guruku Orang Pesantren “ Syaifuddin Zuhri merupakan sekadar contoh sastra realis ini. Ia berusaha berjujur terhadap kenyataan, tetapi hal-hal yang peka, diungkapkan dengan cukup etis dan sublim.

M.H. Abrams dalam kamusnya “ Glossary of Literary Terms “ menyebutkan bahwa realisme digunakan dalam 2 pengertian :

  1. Untuk mengidentifikasi gerakan sastra pada abad XIX, khususnya prosa fiksi.
  2. Menunjukkan cara penggambaran kehidupan di dalam sastra. Fiksi realistik sering dioposisikan dengan fiksi romantik. Di dalam romantik disajikan kehidupan yang lebih indah, lebih berani mengambil resiko, dan lebih heroik, dari pada yang nyata.

 

2.SURREALISME

Aliran yang terlalu mengagungkan kebebasan kreatif dan berimajinasi sehingga hasil yang dicapai menjadi antilogika dan antirealitas. Bisa jadi apa yang terungkap itu pada mulanya berangkat dari kenyataan sekitar, tetapi karena desain imajinasinya itu sudah demikian sarat, kuat dan jauh, ia terasa ekstrim dan radikal. Ada semacam keadaan trans (hanyut/kesurupan) di sana, sesuatu yang tidak kita temukan dalam realisme maupun naturalisme.

Surrealisme lebih dekat terhadap absurdisme daripada terhadap realisme. Dari sisi tertentu sanjak-sanjak Rendra “ Khotbah “, “ Nyanyian Angsa “,             “ Mencari Bapa “, cerpen-cerpen Danarto “ Godlob “, “ Kecubung Pengasihan “, “ Rintrik “, “ Sanu, Infinita Kembar “ Motenggo Boesye bisa ditunjuk sebagai contoh surrealisme.

Surrealisme merupakan gerakan di kalangan pengarang dan pelukis di Perancis, yang dimulai sekitar tahun 1920 an. Gerakan ini menghendaki adanya kebebasan dalam kreativitas artistik, mengungkapkan bawah sadar dengan imaji-imaji tanpa adanya urutan atau koherensi (seperti di dalam mimpi), membebaskan diri dari alasan yang logis, standar moralitas, konvensi dan norma-norma sosial dan artistik.

Surrealisme dapat diartikan sebagai melebihi realisme, karena surrealisme juga mengagung-agungkan asosiasi yang bebas serta penulisan secara otomatis, fantasi yang tak terkendali serta asosiasi yang bebas mewakili suatu dunia yang lebih realistis daripada kenyataan yang riil. Surrealisme mencoba mengeksploatasi materi-materi di dalam mimpi, keadaan jiwa antara tidur dan jaga, dan menyerahkan penafsirannya kepada pembaca.

H.B. Jassin menyatakan bahwa “Surrealisme menghendaki keseluruhan dan kesewaktuan…Sebab itu hasil kesusastraan surrealisme jadi sukar untuk menurutkannya, logika hilang, alam benda dan alam pikiran dan angan-angan bercampur baur dalam keseluruhan dan kesewaktuan.

 

3.ABSURDISME

Aliran dalam kesusastraan yang menonjolkan hal-hal yang di luar jalur logika, satu kehidupan dan bentang peristiwa imajinatif, dari alam bawah sadar, suasan trans. Pengarang aliran ini punya kesan mengada-ada, sengaja menyimpang dari konvensi kehidupan dan pola penulisan, tetapi pada super starnya, nampak kuat kebaruan dan kesegaran kreativitas mereka, bahkan kegeniusan mereka. Umumnya, mereka ini pernah pula sukses sebagai pengarang konvensional, sebagaimana para pelukis abstrak yang sempat meroket dan malang melintang di langit dunia mereka, bukan sunyi dari penciptaan lukisan-lukisan naturalis. Dramawan kontemporer/absurd yang tersohor, misalnya Putu Wijaya, N. Riantiarno dan Arifin C. Noer, juga punya seabrek karya  konvensional.

Di langit sastra Indonesia, absurdisme sudah memancar dan mendarah daging pada karya-karya Iwan Simatupang di dasawarsa 60 an, baik dalam dramanya “ Petang di Sebuah Taman “, dan “ RT 0 RW 0 “, cerpen-cerpennya yang terakit dalam “ Tegak Lurus dengan Langit “, maupun dalam empat novel monumentalnya : “ Kering “, “ Merahnya Merah “, “ Ziarah “, “ Koooong “. Ternyata, kehidupan yang serba mungkin dan dirias renda-renda absurditas ini banyak mengilhami lahirnya sastra absurd, sebagai bisa diciptakan oleh penyair Sutarji Calzoum Bachri dalam “ O  Amuk  Kapak “, “ Yudhistira Ardi Noegraha dalam “ Omong Kosong “, dan “ Sajak Sikat Gigi “, serta  oleh Ibrahim Sattah dan Sides Sudiarto Ds. dalam sanjak-sanjak mereka, oleh pengarang Budi Darma dalam kumcerpen “ Orang-orang Bloomington” “, oleh Putu Wijaya dalam karya-karya sastranya “ Telegram “, “ Stasiun “, “ Lho “, “ Keok “, “ Sobat “, “ Gres “, di samping drama-dramanya “ Anu “, “ Dag Dig Dug “, “ Aduh “, “ Zat “, oleh Arifin C. Noer dalam “ Kapai-kapai “, “ Mega-mega “, “ Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi “, oleh N. Riantarno dalam “ Bom Waktu “, “ Opera Kecoak “ dan naskah saduran “ Perempuan-perempuan Parlemen “.

 

4.PSIKOLOGISME

Aliran yang mengutamakan pembahasan masalah kejiwaan dalam kaitannya dengan berbagai peristiwa dalam cerita. Dalam novel, suasana jiwa dan konflik batin para pelaku disoroti dengan tajam, detail dan mendalam. “ Belenggu” Armijn Pane, “ Atheis “ Achdiat Kartamiharja, “ Royan Revolusi “ dan “ Kemelut hidup “ Ramadhan K.H., “ Damai dalam Badai “ dan “ Cintaku Selalu Padamu “ Motenggo Boesye, “ Bila Malam Bertambah Malam “ Putu Wijaya, novel-novel N.H. Dini, Titie Said, La Rose, Ike Supomo, Marga T., Ashadi Siregar, Ahmad Tohari, bisa disebut sebagai novel psikologi.

 

5.ALIRAN ROMANTIK

Sastra romantik ditandai dengan ciri-ciri : keinginan untuk kembali ke tengah alam, kembali kepada sifat-sifat yang asli, alam yang belum tersentuh dan terjamah tangan-tangan manusia. Istilah ini juga mencakup ciri-ciri adanya : keterpencilan, kesedihan, kemurungan, dan kegelisahan yang hebat. Kecuali itu romantik juga cenderung untuk kembali kepada zaman yang sudah menjadi sejarah, masa lampau yang terkadang melahirkan manusia-manusia besar. Pengungkapan yang romantis sering dikaitkan dengan percintaan yang asyik dunia muda-mudi yang masih hijau dan belum banyak pengalaman. Tokoh-tokoh dalam fiksi romantik sering digambarkan dengan sangat dikuasai oleh perasaannya dalam merumuskan segala persoalan. Dikisahkan juga tokoh-tokoh yang tak tahan menghadapi hidup yang keras dan kejam. Mereka itu kemudian ada yang lari kegunung atau tempat terpencil lainnya yang dirasakannya jauh dari kekerasan hidup.

Aoh K. Hadimadja menyatakan bahwa salah satu ciri alam romantik tokoh-tokohnya suka membunuh diri, karena terlalu kuat dihinggapi perasaan.

Romantisme, aliran yang mementingkan curahan perasaan yang indah dan menggetarkan yang diungkapkan dalam estetika diksi dan gaya bahasa yang mendayu-dayu membuai sukma. Contoh : puisi-puisi Amir Hamzah “ Buah Rindu“, “ Karena Kasihmu “, “ Memuji Dikau “, “ Mengawan “, “ Do’a “, karya-karya Hamka “ Tenggelamnya Kapal Van der Wijk “, “ Di Bawah Lindungan Ka’bah “, “ Di dalam Lembah Kehidupan “, roman “ Upacara “ dan kumpulan sanjak “ Nyanyian Ibadah “ nya Korrie Layun Rampan, kumpulan sanjak              “ Romance Perjalanan “ Kirjomulyo, “ Buku Puisi “ nya Hartoyo Andangjaya.

 

6.EKSISTENSIALISME

Liaw Yock Fang dalam bukunya “Ikhtisar Kritik Sastra” menyatakan bahwa “Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang kemudian menjadi landasan suatu aliran sastra.”

Ajaran yang pokok dari eksistensialisme ialah bahwa manusia adalah apa yang diciptakannya sendiri. Manusia tidak ditakdirkan oleh Tuhan. Jika ia menolak memilih atau membiarkan dirinya dipengaruhi oleh kekuatan luar, itu adalah kesalahannya sendiri. Karena itu, karya sastra eksistensialisme sangat mementingkan perbuatan –termasuk perbuatan kemauan- sebagai unsur-unsur yang menentukan. Unsur-unsur dasar dari manusia seperti irrasionalitas, ketidak sadaran dan kebawahsadaran juga dipentingkan. Kehidupan dipandang sebagai sesuatu yang dinamis, yang terus mengalir sedangkan kehidupan manusia adalah rentetan saat-saat yang berurutan”.

 

Fuad Hasan dalam bukunya “Berkenalan dengan Eksistensialisme” mencoba memprkenalkan suatu alam pikiran yang dewasa ini dikenal dengan nama eksistensialisme, dengan membutiri pendapat filsuf eksistensialis melalui hasil-hasil karya sastranya. Beberapa pikiran tokoh eksistensialisme itu dikutipkan berikut ini :

Manusia adalah pengambil keputusan dalam eksistensinya. Apapun keputusan yang diambilnya tak pernah ia mantap sempurna (Kiergaard).

Manusia akan terus menerus dihadapkan pada pilihan-pilihan (Kiergaard).

Dalam hidup ini yang kuatlah yang akan menang, maka kebajikan utama dalam kehidupan adalah kekuatan, apa yang baik, harus kuat ; sebaliknya segala yang lemah adalah buruk dan salah (Niezseche).

Dalam pergaulan antara manusia maka yang harus ditumbuhkan dalam manusia-manusia agung yaitu manusia yang oleh kekuatan tak bisa mengatasi kumpulan manusia-manusia dalam massa (Nietzseche).

 

7.FILSAFATISME

Aliran yang mengedapankan hadirnya nilai-nilai filsafati, suatu pemikiran mendalam makna hidup, yang biasanya berangkat dari penghayatan personal. Para pengarang dan penyair yang karya-karyanya kental berkadar filsafat disebut pujangga. Tidak sedikit di antara mereka sekaligus filsuf.

Dari R.A. Kartini, R. Ng. Ronggowarsito, Muhammad Iqbal, Kahlil Gibran, Frans Kafka, Iwan Simatupang, Subagio Sastrowardoyo, Putu Wijaya, Emha Ainun Najib, banyak terlahir sastra filosofis.

Sastra filosofis ada yang berkadar humanis, adapula yang religius. Di sisi lain kita temukan spiritualisme, aliran yang mementingkan nilai-nilai ruhani, kehidupan batiniah, yang menuju kebajikan dan kesempurnaan. Spiritualisme berbeda dengan psikologisme, karena spiritualisme sudah mengacu ke moral luhur, sedang psikologisme membahas kehidupan dari segi jiwanya, lepas dari masalah atau tanpa keharusan penyampaian-penyampaian nilai-nilai dan akhlak mulia.

Sanjak-sanjak ruhani bisa merupakan bagian dari filsafatisme, di samping ia sendiri merupakan perwujudan spiritualisme. Filsafatisme bisa berangkat dari pikiran, bisa pula diilhami wahyu atau mewujudkan renungan hati nurani. Contoh-contoh di bawah ini bisa dimasukkan ke dalam filsafatisme, tetapi juga benar untuk dimasukkan ke dalam spritualisme.

 

8.EKSPRESIONISME DAN IMPRESIONISME

M.H. Abrams menyatakan bahwa ekspresionisme adalah gerakan dalam sastra dan seni di Jerman yang mencapai puncaknya pada periode 1910 – 1952. Para pelopornya seniman dan pengarang yang dengan bermacam cara menyimpang dari penggambaran yang realistik tentang kehidupan dan dunia. Mereka mengekspresikan pandangan seni mereka atau emosi secara kuat. Ekspresionisme tidak pernah merupakan suatu gerakan yang dirancang secara baik. Dapat dikatakan bahwa ciri utama ekspresionisme adalah pemberontakan melawan tradisi realisme dalam bidang sastra dan seni, baik dalam hal pokok persoalannya (subyect matter) maupun gayanya (style).

 

A.F. Scott dalam kamusnya Current Literary Terms A Concis Dictionary menyatakan bahwa impresionisme merupakan cara menulis karangan yang tidak memperlakukan realitas secara obyektif, tetapi menyajikan kesan-kesan (impressions) dari pengarangnya. Istilah impressionisme ini berasal dari dunia seni lukis pad paruh pertama abad ke 19 di Perancis.

Sementara itu H.B. Jassin menyebutkan bahwa “ suatu lukisan yang impresiomistis kelihatannya seperti belum selesai. Baru hanya skets. Segala sesuatu tidak dilukiskan pikiran-pikiran yang sudah masak dipikirkannya,…..dia hanya mau melukiskan kesannya sepintas lalu, kesan pertama yang segar “.

 

9.MELANKHOLISME

Aliran dengan karya-karya penuh warna muram, sendu, kehidupan yang getir dan tragis, sarat ratapan dan rintihan. Kisah cinta klasik, drama-drama dalam film India, cerita-cerita dengan tema kemiskinan, kemalangan hidup dan penderitaan termasuk melankholisme. “ Di dalam Lembah Kehidupan “, “ Tenggelamnya Kapal Van der Wijk “, “ Di bawah Lindungan Ka’bah “ karya Hamka,    “ Buku Harian Seorang Penganggur “ dan cerpen-cerpen serta drama-drama Muhammad Ali, puisi-puisi Amir Hamzah dalam “ Buah Rindu “, kebanyakan sanjak-sanjak Leon Agusta, merupakan sastra melankholik. Lagu-lagu Rinto Harahap, Charles Hutagalung, Benny Panjaitan, A. Riyanto bisa dimasukkan ke sini.

 

10.IRONISME

Aliran yang mementingkan nada mengejek, kadang terus terang, kadang melalui sindiran-sindiran. Bisa juga, karya itu sebenarnya merupakan kritik tajam terhadap kondisi sosial atau perilaku tokoh tertentu. “ Melaut Benciku “ Amal Hamzah, “ Kisah Sebuah Celana Pendek “ Idrus, beberapa cerpen Hamsad Rangkuti dan  “ Sumpah WTS “ dan “ Catatan Harian Seorang Koruptor “ F. Rahardi merupakan contoh ironisme.

 

11.NIHILISME

Aliran yang mengekspos peristiwa atau pemikiran-pemikiran, bisa saja sampai tingkat filsafat, tanpa landasan moral kemanusiaan, apalagi Keilahian. Cerita-cerita yang ateistik, komunistik, sekuleristik, chauvinistik bisa dimasukkan ke dalam fiksi nihilis. Ada memang, cerita yang menghadirkan paham-paham penafian Tuhan, pemasabodohan agama dan penghalalan segala cara untuk mencapai tujuan, misalnya “ Atheis “ nya Achdiat Kartamihardja, tetapi karena tenden pengarang tidak ke sana sebagai justru terlihat dalam sikap Achdiat yang mengkritik tokoh-tokoh ceritanya itu, maka karangan tersebut tidak bisa digolongkan ke dalam nihilisme.

 

12.NATURALISME

Aliran yang mementingkan pengungkapan secara terus-terang, tanpa mempedulikan baik buruk dan akibat negatif. Pengarang naturalis dengan tenangnya menulis tentang skandal para penguasa atau siapapun, dengan bahasa yang bebas dan tajam. Pornografi, karya mereka jatuh menjadi picisan, bukan tabu bagi mereka. Biasanya, hal ini benar-benar mereka sadari, bahkan mereka pun sempat membanggakan naturalisme ini sebagai gaya mereka. Kumpulan sanjak F. Rahardi, “ Catatan Harian Sang Koruptor “ dan “ Sumpah WTS “, beberapa sanjak Rendra “ Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta “, “ Rick dari Corona “, “ Sajak Gadis dan Majikan “, Sajak SLA “ bisa ditunjuk sebagai contoh pengibar aliran ini. Dari khazanah lama “ Surabaya “ nya Idrus bisa digunakan sebagai  contoh meskipun tidak seseru punya F. Rahardi dan Rendra.

 

13.DETERMINISME

Istilah determinisme berasal dari doktrin filsafat yang menyatakan bahwa setiap kejadian atau peristiwa itu ada penyebabnya. Dalam sastra, determinisme mencoba menggambarkan tokoh-tokoh cerita dikuasai oleh nasibnya, sehingga tokoh tersebut tidak sanggup dan tidak mampu lagi ke luar dari takdir yang telah jatuh pada dirinya.

Takdir yang dimaksudkan di sini bukanlah takdir dari Tuhan sesuai dengan konsepsi yang berlaku pada agama langit, melainkan takdir yang lebih tepat dikatakan sebagai akibat yang tak dapat dielakkan karena peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya, berupa faktor-faktor biologis, lingkungan dan sosial.

H.B. Jassin menyatakan bahwa nasib itu “ ditentukan oleh keadaan masyarakat sekitar, kemiskinan, penyakit, darah keturunan, dalam hubungan sebab akibat. Menurut ilmu keturunan, ayah atau ibu yang jahat akan menurunkan sifat-sifat jahatnya pada anaknya atau cucu-cucunya, biarpun keturunannya itu bermaksud baik, mau memperbaiki dirinya……….Apabila si orang tua jahat, maka itu bukan pula karena sudah ditakdirkan Tuhan demikian, tetapi karena keadaan masyarakat yang serba bobrok, orang hidup dalam kemiskinan yang sangat, pembagian harta kekayaan antara manusia tidak adil “.

(contoh novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” oleh Hamka)

Determinisme berpendapat bahwa tragedi hidup manusia sudah tercetak dalam kemutlakan, merupakan paksaan nasib yang tak bisa ditembus oleh segenap daya dan ikhtiar sang pelaku. Orang sadar dengan kodratnya, sebagai wong cilik, sebagai hamba sahaya, sebagai sang kurban, sehingga tidak akan banyak menuntut. Ia legawa-legalila nrima ing pandum menerima suratan nasib, seperti yang terjadi pada Maria Magdalena Pariyem dalam liris prosanya Linus Suryadi Ag. . Atau, seperti skenario semula, memang tragis penuh tangis. Determinisme bisa dijumpai dalam “ Trilogi Oedipus “ nya Sophokles, “ Tragedi Sangkuriang “, “ Pengakuan Pariyem “ nya Linus Suryadi AG, novel “ Kuterima Penderitaan Ini, Ibu “ Motenggo Boesye,  tokoh-tokoh cerita Iwan Simatupang,  Putu Wijaya, Arifin C yang papa. (baca “Merahnya Merah” dan “Kering” karya Iwan, “Pol” dan “Stasiun” karya Putu, “Mega-mega”, “Kapai-kapai”, “Umang-umang” klarya Arifin.

 

14.SIMBOLISME

Pengungkapan simbolis tidak secara harfiah, melainkan dengan simbol-simbol. Sebuah simbol berarti sesuatu yang bermakna sesuatu yang lain. Bunga mawar sebagai simbol dari kecantikan.

Simbolisme merupakan aliran dalam sastra yang mencoba mengungkapkan ide-ide dan emosi lebih dengan sugesti-sugesti daripada menggunakan ekspresi langsung, melalui objek-objek, kata-kata dan bunyi. Aliran ini merupakan reaksi terhadap  realisme dan naturalisme yang hanya berpijak pada kenyataan semata. Sastra simbolik banyak menggunakan simbol atau lambang dalam mengungkapkan pemikiran, emosi, secara samar-samar dan misterius.

Karya simbolik terkadang sukar dipahami dan hanya secara samar-samar ditangkap maknanya.

Penyair simbolik bahkan menyukai yang samar-samar itu, oleh karena bagi mereka puisi harus merupakan teka-teki bagi orang biasa, tetapi sebenarnya merupakan musik yang indah bagi yang dapat menghayati dan menikmatinya. Puisi simbolik mencapai keindahannya dengan mengungkapkan objek secara tidak langsung, secara sugestif, dan dengan memperhitungkan efek musiknya yang mengandung makna.

Simbolisme, banyak menggunakan kata-kata kias, lambang-lambang, kata-kata yang bermakna simbolik untuk melukiskan sesuatu. Sesungguhnya, semua fabel (misalnya “Serial Kancil”, “Hikayat Kalilah dan Daminah”) adalah contoh tepat simbolisme ini. “ Dengar Keluhan Pohon Mangga “, karya Maria Amin,                “ Musyawarah Burung “ karya Fariduddin Attar, “ Kucing “ sanjak Sutardji Q.B., “ Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa “ karya Y.B. Mangunwijaya, “Ular  dan  Kabut“ sanjak Ayip Rosidi, “Sebuah Lok Hitam“ puisi Hartoyo Andangjaya, hanya sekadar contoh sastra simbolik ini.

 

15.IDEALISME

Aliran dalam kesusastraan yang mengungkapkan hal-hal yang ideal, pengarangnya penuh perasaan dan cita-cita. Mereka berpendapat, sastra punya peran untuk suatu perubahan sosial ke arah yang positif. Sastra bertenden, sebutan untuk karya-karya pengarang idealis, diharapkan mampu mengubah sikap hidup masyarakat atau pembaca dari yang kurang baik menjadi baik, dari yang statis menjadi dinamis, dari yang malas menjadi rajin, dan seterusnya.

Contoh : “Habis Gelap Terbitlah Terang“ karya  R.A. Kartini;

“Layar Terkembang“ karya  Sutan Takdir Alisjahbana

“Kemarau“ karya A.A. Navis, cerpen “Kadis“ karya Muhammad Diponegoro.

Cerpen  “Sisifus” karya Muhammad Fudoli Zaini

 

16.HEROISME

Aliran yang mencuatkan nilai-nilai kepahlawanan, kecintaan terhadap tanah air dan figur teladan bangsa, serta semangat membela tanah air. “Bende Mataram“ karya Muhammad Yamin, “Diponegoro“ karya Chairil Anwar,  “Monginsidi“ karya Subagio Sastrowadojo, “Tanah Tumpah Darah“ karya Sitor Situmorang, “Stasiun Tugu“ karya  Taufik Ismail, “Ode bagi Proklamator“ karya  Leon Agusta, dan tentu saja lagu kebangsaan “Indonesia Raya“ dan lagu-lagu nasional “Ibu Kita Kartini“, “Satu Nusa Bangsa“, “Padamu Negeri“, “Rayuan Pulau Kelapa“, juga lagu-lagu “Sepasang Mata Bola“, “Melati Tapal Batas“,  “Pantang Mundur“, merupakan contoh-contoh heroisme ini. “Percikan Revolusi“ dan “Cerita-cerita dari Blora“ karya Pramudya serta cerpen-cerpen revolusi Trisno Yuwono “Di Medan Perang“ dan “Laki-laki dan Mesiu“ bisa dimasukkan ke sini. Heroisme pun kita temukan pada lagu-lagu tertentu ciptaan Leo Kristi dan Gombloh almarhum.

 

17.RELIGIUSISME

Religiusme, aliran yang mementingkan nilai-nilai keagamaan atau renungan tentang Tuhan dan manusia di hadapan-Nya. Sastra religius dimiliki oleh setiap agama, juga oleh sastrawan yang punya penghayatan personal terhadap Tuhan. “Gitanyali“ karya Rabindranath Tagore, “Rindu Dendam“ karya Y.E. Tatengkeng,    “Kata Hati“ karya Samadi, beberapa sanjak Rendra dalam “Sajak-sajak Sepatu Tua“, “Balai-balai“, “Sajadah Panjang“, “Aisyah Adinda Kita“ karya Taufik Ismail, “99 untuk Tuhanku“ karya Emha Ainun Najib, “Nyanyian Ibadah” karya Korrie Layun Rampan, cerpen “Di dalam Kereta Api Perjalanan Hidup“ karya Riyono Pratikto, novel “Rindu Ibu adalah Rinduku“ dan “Perempuan-perempuan Impian“ karya Motenggo Boesye, “Wirid“ karya Ikranegara, novel “Ibuku Sayang“ karya Teguh Esha adalah sekadar contoh sastra religius yang bisa dijumpai.

 

18.TRANSENDENTALISME

Aliran yang mengetengahkan nilai-nilai transendental, renungan-renungan hidup yang mendalam, yang metafisis (di atas hal-hal yang fisik/nampak). Kalau sastra sufi merupakan katarsisme, maka sastra aliran ini kebanyakan bersifat kontemplatif. Sanjak-sanjak Afrizal Malna dalam “Abad yang Berlari”,

“Isyarat“ dan “Suluk Awang-uwung“ karya Kuntowijoyo, cerpen-cerpen Danarto dan Hamid Jabbar, serta Ahmad Tohari, sanjak-sanjak Umbu Langgu Peranggi dan Goenawan Mohamad, juga “Sejuta Milyar Satu“ karya Eka Budianta, merupakan contoh Transendentalisme.

 

19.KOMEDIALISME

Penuh suasana ceria, kocak, menganggap hidup penuh optimisme dan rasa humor, berbeda dengan determinisme dan melankolisme yang pessimistis. Tetapi ia tidak identik dengan lawak. Gaya bahasa Mahbub Junaidi dan Slamet Suseno, bahkan Y.B. Mangunwijaya dalam “Puntung-puntung Rara Mendut“ mengacu ke sini. Drama “Tuan Kondektur“, “Pinangan“, “Orang-orang Kasar“ karya  Anton Chekov, “Kejarlah Daku kau Kutangkap“ karya Asrul Sani, novel “Dari Hari ke Hari“ karya Mahbub Junaidi, “Arjuna Mencari Cinta“ dan “Yudhistira Duda“ oleh Yudhistira Ardi Noegraha merupakan sebagian contoh komedialisme.

 

Daftar pustaka:

https://danririsbastind.wordpress.com/tag/aliran-sastra/

http://www.bantubelajar.com/2015/01/macam-aliran-seni-lukis-ciri-dan-tokoh.html

http://sumberilmu.info/2008/02/24/perkembangan-kesenian/

http://dokumen.tips/documents/manusia-dan-keindahan.html